article-image

Sumber Gambar: Firina from Getty Images Pro

Baca Juga

Konsumsi buah biasa dilakukan saat dagingnya sudah lunak dan matang. Saat buah belum masak, biasanya rasanya akan pahit atau masam. Selain itu, dagingnya juga keras. Proses pemasakan buah ini terjadi akibat senyawa pektin dan pati yang dipecah sehingga menimbulkan kelembutan dan rasa manis pada daging buah. Kematangan buah tersebut dipengaruhi oleh aktivitas anzim peknisane, amilase, dan gas etilen. Berbagai jenis buah memiliki cara pematangan yang berbeda. Buah-buah tersebut dikelompokkan menjadi buah klimaterik dan nonklimaterik.

Buah Klimaterik

Buah klimaterik dapat mengalami pemasakan lanjut setelah dipetik dari pohonnya. Laju respirasi buah ini akan terus meningkat setelah buah dipanen. Maka dari itu, buah klimaterik biasanya dipanen saat belum matang. Buah-buah tersebut biasanya akan dipisahkan dari pohonnya kemudian diperam untuk proses pematangan. Pemeraman sendiri dilakukan dengan menggabungkan buah yang sudah matang dengan buah mentah dalam suatu wadah. Gas etilen yang dihasilkan oleh buah matang kemudian akan menyebar ke seluruh ruangan wadah sehingga buah mentah akan ikut matang. Selain menggunakan buah matang, pemeraman juga dapat dilakukan menggunakan karbit. Cara pemeramannya sama. Setelah terjadi pemasakan, barulah buah klimaterik mengalami pembusukan secara perlahan

Pemanenan buah klimaterik memang tidak lazim dilakukan saat buah sudah matang. Hal ini disebabkan oleh sifat buah itu sendiri yang akan terus mengalami pematangan meskipun telah dipisahkan dari pohonnya. Jika dipanen dalam keadaan sudah matang, maka buah akan cepat busuk. Pemanenak sebelum buah matang akan meningkatkan daya simpan buah klimaterik.

Contoh buah klimaterik adalah sawo, mangga, pisang, pepaya, jambu, nangka, durian, sirsak, melon, dan manggis. Meskipun buah-buahan tersebut perlu dipanen sebelum matang, cara panennya juga tidak sembarangan. Tidak sembarang buah muda yang dapat dipanen. Seperti buah mangga dipanen setelah bentuk buahnya penuh dan warna kulitnya agak terang. Buah pepaya dipanen setelah ada warna merah pada ujung buah yang membentuk bintang. Sementara itu buah nangka dan sirsak dipanen setelah jarak durinya melebar.

Buah Nonklimaterik

Buah nonklimaterik tidak dapat mengalami pemasakan lanjut setelah dipisahkan dari pohonnya. Laju respirasi buah ini tidak meningkat setelah dipanen. Maka dari itu, buah klimaterik harus dipanen dalam keadaan masak pohon. Jika buah non klimaterik dipanen dalam keadaan masih mentah, maka buah tidak dapat matang meskipun sudah diperam.

Sifat buah yang tidak dapat dimatangkan setelah pemanenan disebabkan oleh kondisi genetiknya. Buah-buah non klimaterik tidak bereaksi terhadap gas etilen yang berasal dari luar tubuh (gas etilen eksogen). Buah tersebut hanya dapat matang jika dibiarkan menempel pada induknya untuk mendapatkan gas etilen dari dalam (gas etilen endogen). Meskipun dilakukan pemeraman pada buah non klimaterik, maka tidak akan mempengaruhi proses pemasakan buah. Hal yang mungkin akan terjadi saat proses pemeraman buah non klimaterik hanyalah degradasi klorofil. Lama-kelamaan buah non klimaterik yang diperam akan mengalami pembusukan tanpa pernah matang.

Contoh buah non klimaterik adalah duku, belimbing, rambutan, nanas, salak, stroberi, apel, dan jeruk. Perlu diketahui tanda-tanda buah matang agar pemanenan dapat dilakukan pada waktu yang tepat. Salak yang matang warna kulitnya berubah menjadi coklat, jarak matanya melebar, dan tidak ada duri di permukaan kulit buah. Jeruk dipanen saat warna kulit berubah menjadi hijau terang atau kuning dan teksturnya lunak. Nanas yang matang memiliki 3-4 mata berwarna kuning. Sementara itu, stroberi akan berwarna merah-oranye saat sudah matang.

Demikian perbedaan antara buah klimaterik dan nonklimaterik. Jangan salah lagi dalam penanganan dan penyimpanannya setelah panen, ya! Jika Sobat Tania ingin menanam buah-buahan itu di rumah, ikuti panduannya di Aplikasi Dokter Tania, ya!

Ingin tingkatkan panen? Download aplikasi Dokter Tania sekarang
Lihat Referensi